Birth Story | 2021 Akhirnya Aku Jadi Ibu

August 10, 2021


Rindu

itu kata pertama yang aku tulis di tulisanku perdana tahun 2021. Terlalu banyak kejutan di tahun ini dan jadinya blogku terbengkalai. (alesan banget yak)

Tahun 2021 aku jadi Ibu

Keluarga Kecilku



Tahun 2021 aku resmi jadi ibu dari bayi berjenis kelamin perempuan. Lahir di bulan Maret yang penuh cinta dan harapan. Minggu, 14 Maret 2021 menjadi tanggal lahir yang dipilihnya. Lahir di pukul 11.04 melalui perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Melalui proses caesar, aku melahirkan anakku ke dunia dan kami beri nama Aisyah Zaara Khairunnisa.

Flashback proses menuju kelahiran dulu yuk

Jadi, memasuki minggu kedua di bulan Maret 2021 kandunganku sudah masuk ke 38 minggu. Tanggal 12 Maret 2021 merupakan jadwal kontrol rutinku. Karena sudah memasuki trisemester akhir, memang kontrol jadi seminggu sekali.

Aku ditangani oleh dr Martin, Spog di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak. Hari itu pada saat giliran aku dipanggil seperti biasa, dokter melakukan pemeriksaan usg. Namun, kali ini ada yang beda, ternyata air ketubanku sudah berkurang. 

Dokter : duh bu, volume air ketubannya udah berkurang, ada kerasa rembes?
Aku : waduh dok, engga tuh dok. Eh, tapi 2 hari lalu saat diperjalanan, saya ngerasa kaya ngompol tapi banyak banget dok. Saya pikir ngompol biasa, dan memang basah ke celana. Apa mungkin itu yah dok?
Dokter : iya, kemungkinan itu air ketubannya rembes. Saya langsung rujuk ke igd yah biar langsung masuk ruangan.
Aku : hah? 

Tiba-tiba shock. Ga ngerti harus gimana. 

Kondisi di IGD

Sampailah aku, suami dan ibu ke IGD RSKIA. Mulailah pengecekan dimulai, dari mulai tensi sampai detak jantung bayi. Alhamdulillah hasilnya baik, air ketuban pun sebenernya masih cukup namun berkurang sedikit. Tapi karena dokter tidak mau ambil resiko, jadi diambillah penanganan lebih lanjut.

Karena masih pandemi, prosedur tes Swab PCR pun dilakukan. Pendamping hanya diperbolehkan satu orang. Jadilah aku dan suami mengikuti Swab PCR. 
Sambil menunggu hasil Swab, aku sudah dapat masuk ruangan untuk di rawat inap.

Entahlah pikiran masih gak percaya bakalan melahirkan dalam waktu dekat. Padahal kalau pas 40 minggu itu HPL aku kira-kira di 28 Maret 2021. Maju 2 minggu rasanya gak ada persiapan apapun.
Persiapan yang udah mateng cuma hospital bag yang udah ready di mobil. Jaga-jaga kalo tiba-tiba lahiran jadi gak pusing.

Sambil menunggu hasil tes Swab keluar yang waktu itu kurang lebih hasilnya sekitar 8-9 jam setelah di tes. Aku dan suami sudah ada di ruang ranap lantai 12. Aku ambil kelas VIP agar lebih dapat privacy dan aku pun lebih leluasa.

Setelah hasil tes Swab PCR Keluar

Gak kerasa waktu makin larut, kira-kira udah jam 20.00. Akhirnya suami dapat telpon dari ibu. Agak mencurigakan sih waktu ngeliat mimik wajah suami. Ada apakah? berharap gak ada apa-apa.

Telpon pun ditutup. Aku tanya suami.

Aku : Kenapa yang? apa kata ibu?
Suami : Dengan lirihnya menjawab, aku positif, kamu engga. Dan kita gak bisa satu kamar lagi, aku gak bisa nemenin.

Seketika itu jatuh air mataku, tak kuasa aku menahan tangis. Air mataku terus mengalir, aku pun terus merengek, terisak-isak, sampai mataku bengkak. Ingin rasanya meluk suami langsung, tapi gak bisa. Hatiku sungguh hancur malam itu, berharap aku pun sama-sama positif. 

Ya Allah, hari itu di tanggal 12 Maret 2021, aku masih bertanya-tanya. Kenapa sih harus tes swab segala? kenapa sih gak sama-sama positif aja? kenapa dan kenapa. Terus menangis. Sampai akhirnya ada 2 orang perawat masuk dan memberitahukan bahwa aku harus pindah kamar dan suami pun harus masuk ke ruang isolasi. 

Makin pecah suasana, perpisahan yang cukup menghujam jantungku. Ditambah aku akan menghadapi proses melahirkan.

Di malam itu, setelah aku dipindahkan. Belum ada tindakan apapun. Aku pun masih berkutat chat dengan suami sampai dini hari. 

Detik-detik perpisahan dengan suami



Sabtu, 13 Maret 2021

Hari itu aku dapat kabar kalau suami masih di RSKIA namun di lantai yang berbeda. Di lantai khusus untuk pasien yang terkena Covid 19. 
Sedangkan aku sampai jam 11.00 belum ada tindakan. Perawat datang bergantian bertanya, apa sudah ada terasa mulas. Aku selalu jawab gak ada.

Muka masih sembab, pikiran masih gak karuan. 

Akhirnya setelah dilakukan pemeriksaan dalam beberapa kali oleh perawat, diputuskanlah untuk memasukkan obat pelunak rahim melalui vaginaku. Rasanya mulas, perut pun kadang kencang, tapi si bayi masih sangat aktif bergerak. Tanda mulas pun hanya hilang timbul saja. Obatnya bereaksi sampai 6jam.

Setelah 6 jam pertama, perawat datang lagi dan melakukan pemeriksaan dalam. Jujur saja, pemeriksaan dalam membuatku makin merasa gak nyaman. Di proses ini aku sedikit trauma, karena beda perawat beda juga treatmant yang dilakukannya.

Masih belum ada kemajuan, pembukaan masih stuck di pembukaan 2.

Obat dihentikan sementara. 

Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya masuk lagi perawat untuk memasukkan obat pelunak rahim lagi. Obat ini fungsinya untuk merangsang kontraksi ya. Namun setelah 6jam berlalu dan dilakukan pemeriksaan dalam lagi, hasilnya tetap sama. Pembukaan pun masih 2 belum maju.

Entah apa karena aku stres yah, dan memang aku merasa bayiku juga belum siap untuk keluar. Seperti kelas hypnobirthing yang aku ikuti. Bayi akan keluar kalau sudah waktunya dan aku percaya akan hal itu.

Keadaan bayi pun masih aman di dalam perut. 

Setelah dilakukan 2 kali obat melalui vagina dan tidak ada perubahan, akhirnya suggest dari dr Martin adalah dilakukan induksi lewat cairan infus.

Makinlah aku worry dan stress. Karena oh karena menurut cerita yang udah-udah induksi itu rasanya WOW.

Induksi pun tiba, jeng jeng

Tepat jam 00.00 di tanggal 14 Maret 2021. Infusan induksi dipasang. Gak perlu waktu lama, perut merasakan kontraksi, muleeeesss semules-mulesnya, kaya nyeri haidh tapi sakit banget. Berasa banget perut dikuras. Perut juga makin kenceng. Mau tidur pun gak bisa.

Aku cuma bisa guling-guling kanan kiri. Berubah posisi sampai posisi sujud. Aku yang ditemani kaka ipar kala itu, sampai gak tega melihatku kesakitan. 

Hanya sanggup 2jam saja. Sampai jam 2 pagi, akhirnya aku panggil perawat. Aku merintih kesakitan, perawat pun menghubungi dulu dr Martin, setelah di setujui akhirnya induksi pun dihentikan. Pembukaan pun masih sama.

Menyerah, satu kata untuk proses induksi. Aku gak sanggup. 

Buat kamu yang merasakan proses induksi sampai 2 labu, kamu hebat berarti mom!

***

Setelah proses induksi yang menyakitkan itu selesai, aku diberitahu untuk dilakukan operasi caesar kira-kira pukul 09.00 pagi. Makin deg-degan sih sebenarnya dan masih sedih karena suami gak bisa nemenin secara langsung.

Jam 09.00 pun tiba, aku diberitahu perawat bahwa operasiku akan mundur ke jam 11.00 karena ada pasien gawat janin yang memang penanganannya lebih urgent.

Bismillah giliranku

Tepat jam 10.00, aku dibawa oleh perawat keluar ruanganku dan pindah ke ruangan operasi. Aku yang ditemani ibu saat itu hanya bisa berdoa pasrah, tak berhenti bibirku berdzikir. 

Tegang, sedih, haru, bahagia semuanya berasa nano-nano alias campur aduk.

Tibalah proses melahirkan itu, bangsalku berpindah dari ruangan persiapan ke ruang operasi yang sangat dingin, mana cuma pake sehelai kain pula.

Aku melihat sekeliling, peralatan operasi dan meja operasi. Akhirnya aku dipindahkan ke meja operasi. Saat itu aku melihat sekeliling yang hilir mudik mempersiapkan alat-alat sambil ditemani alunan musik dari maroon 5.

Cepat sekali prosesnya, sampai aku di suntik di punggungku agar setengah badanku 'baal' kalo bahasa sundanya. Alias biar gak kerasa sama sekali. 

Sampailah dimana aku tidak merasakan apapun di setengah badanku kebawah, mata pun mulai kunang-kunang. Berat sekali seperti orang teler. Bisa dibilang setengah sadarlah.

Tubuhku menggigil, aku merasakan goyangan-goyangan dari perutku, aku masih mendengar sayup-sayup suara alat-alat medis yang bergantian.

Sampai akhirnya dr Martin berbicara padaku,

Bu, anaknya diangkat ya.

aku yang kala itu setengah sadar hanya bisa terdiam.

Tak lama pecahlah suara tangis bayiku. Tepat jam 11.04 bayi perempuanku lahir ke dunia. Memecah haru, menangis, sedih, bahagia.

Ibu yang kala itu bisa menemani di ruan oprasi langsung video call suamiku untuk mengadzani anak pertama kami.

Alhamdulillah, MasyaAllah Tabarakallah.

Gak nyangka dan percaya akhirnya aku melalui juga proses melahirkan yang nikmat ini.

Aisyah Zaara Khairunnisa, namamu nak

Kami berharap kamu tumbuh menjadi anak yang sholehah, anak yang qurrata ayyun, anak yang cerdas, bahagia, sehat, anak yang lemah lembut dalam berkata dan berakhlaq, anak yang berbakti pada orang tua dan pastinya anak yang selalu Allah berkahi di hari lahirmu, di hari kamu dibesarkan dan di hari kamu di wafatkan kelak

aamiin aamiin Ya Rabbalamiin


                                                                              ****

Tunggu cerita selanjutnya yah, tentang gimana sih perjalanan Aisyah sampai sekarang berusia 4 bulan. Ada lagi loh ujian syukur dan ujian sabarnya

Every birth story is unique!

Sampai jumpa ya,


You Might Also Like

0 Comments