Hari Ketiga di Bali
Mulai bosen nggak sih sama cerita liburan aku? tenang.. ini final episode kok, hehehe. Kalau kemarin malam sudah dikejutkan dengan adanya gempa lombok, dan nyasar akibat maps. Tepat pukul 07.00 WITA kami mulai berbenah, dimulai dengan sarapan pagi dong tentunya.
**) sayang banget menu sarapan sangat sedikit, dan ternyata sistemnya seperti memesan menu di cafe, pilih satu main course, satu appetizer dan satu dessert untuk satu orang tamu.
Karena buat kami nggak nemu nasi itu berarti nggak makan, so, kami pilih menu nasi goreng lengkap dengan buah dan jus semangka. Kalau kalian gitu juga nggak sih harus nemu nasi? hehe.
Well, nggak masalah buat kami meskipun menu sarapannya nggak banyak, karena kami bisa jajan diluar. Beres sarapan, kami langsung melaju ke mobil untuk jalan-jalan ke destinasi pertama di Ubud yang dekat dengan villa. Bisa nebak kami kemana? yap, bener banget berhubung masih pagi dan udara masih segar kami memutuskan untuk bermain di sawah. Itu loh foto sawah yang terkenal itu. Namanya Tegalalang Rice Terrace, tepat di jalan Tegalalang Ubud.
Ternyata meskipun masih pagi, sawah tegalalang ini sudah lumayan penuh dikunjungi turis asing. Banyak yang bersua foto, termasuk aku dong, hehe. Untuk masuk ke kawasan sawah Tegalalang ini, sebenernya tidak dipungut biaya, namun ada pos sumbangan (sumbangan tapi maksa alias pungli) **kalau boleh saran, jikalau memang harus berbayar, padahal dibuat saja tiket khusus masuk ke kawasan sawah ini. Betul nggak?
Puas menikmati suasana sawah, akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke pasar ubud. Kami memarkir kendaraan, kami menikmati pasar ubud dengan cara berjalan kaki, karena kawasannya hampir sama dengan jalan kuta. Sisi kiri dan kanan dipenuhi dengan toko-toko yang menjual berbagai macam produk mulai dari baju, kerajinan tangan khas Bali, makanan dan masih banyak lagi.
Waktu pun tak terasa sudah siang, perut kami meronta-ronta meminta diisi. Akhirnya, kami memilih untuk ke restoran Bebek Tepi Sawah Ubud Bali. Selain yang pasti halal, di resto ini pun menyediakan mushola untuk kami sholat. Tapi sayang, sawahnya baru ditanam jadi kurang bagus untuk difoto. Sekedar info, siapkan kocek yang agak dalam yah karena harganya lumayan ternyata, hehehe. Kami memesan Signature Bebek Goreng Tepi Sawah dan Gurame Bakar khas Bali. Enak banget loh.. memang harga tidak menipu. (mohon maaf saya lupa berapa persisnya harga makanan saya ini)
Setelah perut kenyang, rasanya masih ada yang kurang hari ini, ternyata kami belum ngopi cantik. Akhirnya bermodal internet, kami menemukan sebuah tempat ngopi yang berada di tengah sawah. Kami pun melaju ke tempat ngopi mengikuti waze kali ini, hehe. Ternyata tempatnya masuk ke jalan kecil yang tidak bisa dilalui mobil. Akhirnya kami memilih mencari parkiran, dan melanjutkan dengan berjalan kaki. Setelah berjalan kurang lebih setengah jam, kami berhasil menemukan kedai kopi yang bernama Cafe Pomegranate. Cafe Pomegranate ini terletak di Jalan Subah Sok Wayah, Ubud. Namun, lagi-lagi sawahnya masih belum panen. Disini kami hanya memesan balinese coffee saja.
Puas menikmati sore dengan kopi, kami memutuskan untuk bergegas menuju villa kembali karena takut keburu gelap. Oiya, Alhamdulillah seharian ini gempa tidak terasa. Sesampainya di villa, kami bersiap untuk mandi, sekitar pukul 20.00 WITA selepas mandi, gempa pun kembali terasa, terus-menerus hingga pagi hari keesokan harinya. Sama seperti malam sebelumnya, kami tidur namun tetap terjaga, bisa dibayangkan?
Baca juga :
Hari Keempat di Bali
Dua hari di Ubud untuk kami rasanya belum cukup, terlepas dari kejadian gempa, Qadarallah kami masih diselamatkan dan mungkin agak sedikit trauma. Di hari terakhir kami menginap di Ubud, kami memutuskan segera check out selepas sarapan dan berenang. Karena kami akan memulai perjalanan kami ke Jimbaran. Capek? nggak, seru loh ini liburan ala kami. hehe.
Jarak dari villa kami di Ubud ke villa kami di Jimbaran lumayan jauh sekitar 2jam perjalanan. Kami start sekitar pukul 10.00 dari Ubud menuju Jimbaran. Seperti biasa, untuk makan siang kami mampir di restoran fastfood. Untuk memanfaatkan waktu, kami sengaja melewati toko oleh-oleh Bali Krisna. Sejenak, kami melipir terlebih dahulu, mencari beberapa oleh-oleh makanan dan baju khas Bali untuk keluarga dan teman di Bandung. Puas memilih dan membeli oleh-oleh kami juga sengaja mencari kesegaran dengan mampir makan gelato di Gusto Gelato (kata teman-teman disini recommended).
Finally, kira-kira pukul 15.00 WITA, kami tiba di Muaya Villa. Ternyata villanya hanya terdiri dari 3 buah cottage yang masing-masing lengkap diisi oleh private pool, kitchen room, living room, bathroom dan bedroom yang bener-bener bikin betah. Pantes aja nilainya 8.9 via Traveloka. So, yang mau nginep disini harus buru-buru book biar kebagian, soalnya harga per malamnya sangat murah dengan fasilitas yang lengkap dan mewah cocok untuk ajak satu keluarga. Very Recommended!
Muaya Villas
Jalan Jepun Jempiring, Jimbaran Bali
Telp (0361) 4468881
Rating 8.9 (Via traveloka)
Rate Rp 765.000/ night
![]() |
Tampak Depan Muaya Villa Private Pool |
![]() |
Recommended Villa |
Setelah berbenah dan beristirahat sebentar, sambil berenang di private pool, kami terpikir pergi ke Garuda Wisnu Kencana (GWK). Jarak dari Muaya Villa ke GWK hanya 10 menit saja. Langsung deh kami menuju GWK, penasaran dengan patung garuda buatan seniman Bali yang tinggal di Bandung. Alhamdulillah pas kami kesana pas hampir sunset, tiket yang harus dibayar per orang sebesar Rp 80.000,- untuk wisatawan lokal.
Kebetulan juga ada jadwal pementasan tari kecak pukul 18.30 WITA. Betul-betul sangat besar dan megah sekali kawasan GWK ini. Bersih dan tidak ada sampah sama sekali, semuanya tertata rapi. Keren.
Selepas selesai pementasan tari kecak yang berdurasi kurang lebih satu jam. Akhirnya kami memutuskan untuk keluar GWK dan mencari makan malam. Jimbaran terkenal dengan seafood tepi pantai bukan, akhirnya dengan bantuan waze kami pergi ke sebuah resto. Namun, sesampainya disana ternyata kawasannya sangat sepi, kami buru-buru melajukan kendaraan kami kembali, karena khawatir ada gempa susulan lagi. gak sedikit kecewa tapi kan daripada ada sesuatu yang tidak diinginkan.
Akhirnya karena sudah muter-muter dan terjebak macet pula, kami memutuskan ke mini market untuk membeli mie instan. Kenapa? karena kan villanya ada kitchen roomnya jadi kita bisa masak. So, let's try.
Baca juga : One Day in Garut
Last day in Bali - Pantai Pandawa dan Pantai Melasti Ungasan
Akhirnya semalam kami bisa tidur nyenyak karena Alhamdulillah tidak ada gempa, padahal di Jimbaran dekat sekali dengan pantai. Pagi pun menjelang, sarapan pun tiba. Sebenarnya mekanisme sarapannya sama dengan villa di Ubud, bedanya ini diantarkan ke taman depan cottage masing-masing. Kami memutuskan untuk tidak memesan nasi di sarapan kali ini, hehe.
Sedih rasanya harus beres liburan di Bali. Berhubung pesawat kami ke Bandung itu sekitar pukul 16.30. Sehabis sarapan, kami berbenah, mandi, packing, dan masih nyempetin nyebur dulu di pool. Kalau aku, ya jangan ditanya beresin baju ke koper. Kami pun memutuskan untuk check out sekitar pukul 11.00. Loh kok kenapa? kami masih mau ngebolang ke pantai dulu.
Di Jimbaran ini banyak sekali gugusan pantai yang terbentang, namun pilihan kami jatuh pada Pantai Pandawa. Kami pun akhirnya menuju Pantai Pandawa. Ternyata jaraknya tak begitu jauh. Kalau tidak salah masuk ke Pantai Pandawa ini dikenakan biaya Rp 5.000,- per orang (coba dicek lagi). Lagi-lagi kami takjub dengan pemandangan Pantai Pandawa. Kami disuguhi dengan tebing-tebing tinggi seperti menghalangi pantai dengan daratan yang begitu indah. Jalan pun bagus, sepi pula (mungkin karena siang bolong siapa sih yang mau ke pantai) hehe
Puas menikmati Pantai Pandawa, kami menuju Pantai Melasti Ungasan. Masih gugusan pantai yang sama, jaraknya kurang lebih 10 menit dari Pantai Pandawa. Suasananya hampir sama, hanya saja di Pantai Melasti Ungasan belum banyak orang-orang berjualan. Ada beberapa pembangunan. Fasilitas toilet pun masih di bangun. Terlepas dari itu semua, relax sekali rasanya melihat begitu birunya langit dan laut yang saling bertatapan. Dibarengi dengan deburan suara ombak dan semilir angin yang membuat hijabku terbang-terbang.
Next, kalau kami memang ke Bali lagi, kami wajib list ke Bedugul, Pura Luhur Lempuyangan, Nusa Lembongan, Nusa Penida, dan masih banyak lagi tempat yang belum sempat kami kunjungi. Waktu menunjukkan pukul 14.00, kami pun bersiap menuju bandara untuk pulang ke Bandung. Seenak-enaknya liburan tetap kangen Bandung. Bandung tetap di hati meskipun tak ada Pantai. Sampai ketemu lagi di cerita travelling aku berikutnya. Semoga destinasi-destinasi yang aku kunjungi, bisa menjadi salah satu referensi untuk para pembaca jika ingin ke Bali.
**) semua perjalanan ini hanya mengandalkan internet dan Maps loh, plus selama di Bali kami banyaknya jalan kaki daripada berkendara. Untuk sewa kendaraan kami dapat mobil Xenia dengan harga Rp 200.000/hari. Murah bukan? Oke deh, selamat membolang. Dadah.