Memetik Sedikit Pelajaran Dibalik Kisah Layangan Putus

November 05, 2019



Heboh jagat pertwitteran dengan hashtag layangan putus, dan ternyata muncul juga di beberapa media berita online lain sebut saja line today. Kalau boleh dirunut dulu, ini lebih ke yang disebut curhat online yah. Dimana sang wanita menceritakan segala permasalahan rumah tangga yang dialaminya melalui media facebook. Wajar? wajar karena pakai akun facebooknya dia sendiri bukan akun facebook aku, apalagi kamu. iya kan, hehe.

Jangan serius mulu dong, 

Curhat di Media Sosial



Yang jadi masalahnya adalah curhat permasalahan rumah tangga alias bisa dibilang cukup sensitif yah. Kita sebut saja Fulanah, Fulanah dengan gamblang menceritakan detail permasalahan rumah tangganya dan merunut per tanggal kejadian.

Balik lagi, media sosial itu seolah-olah diary online kita. Maka bijaklah menshare sesuatu.

Emang sih, balik lagi, paling enak nyampah dan cuap-cuap itu sekarang di media sosial. Kalo dulu awal-awal cuma bisa bikin status di bb doang, sekarang nampaknya curhat ke netijen lebih seru, bener gak?

Gak munafik, kadang aku pun demikian. Bikin status galau, nyampahlah. Tapi yang jelas kalau sampe buka aib, lebih baik tahanlah itu. Pikirkan kembali apakah tulisan kita akan berdampak seperti apa kedepannya, bisa jadi curhatan kita bisa memojokkan orang lain dan berdampak buruk bagi mereka.

Mencoba memposisikan diri sebagai yang digunjingkan.

Aku disni gak akan menjudge apapun dan siapapun, hanya saja aku ingin memetik sedikit pelajaran dari kisah layangan putus.

1. Jadilah Pakaian bagi Pasangan

Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami), dan kalian adalah pakaian bagi mereka (QS Al-Baqoroh :187)

Penggalan ayat quran diatas sudah jelas, istri pakaian bagi suami, begitupun sebaliknya, suami adalah pakaian bagi istri. Hakikat dari pakaian adalah untuk saling menutupi kekurangan. Baik istri mapun suami haruslah dapat menutupi kekurangan dan aib masing-masing, bukan malah diumbar, apalagi diumbar di media sosial.

Bayangkan kalau Allah saja menutupi aib-aib kita ini, gak kebayang kalau aib itu dibuka dan berwarna hitam berbau, entah apakah kita masih dapat berteman dengan manusia lain?

2. Curhatlah pada Allah

Kalau istilah Ummi Haneen, sebelum curhat ke netizen, curhat dulu sama Allah. Allah yang miliki kita, Allah yang punyai kita. Allah lagi dan lagi. Karena pasti Allah gak akan mungkin mendzlimi hambaNYA. Allah menakar kemampuan setiap hambaNYA, 

Rasulullah SAW bersabda:

Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami Telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi (QS Al-Ankabut ayat 2)

Dari 2 referensi ini, jelas bukan. Bahwa mengapa ujian pada tiap-tiap manusia berbeda. Karena Allah melihat tingkat kekuatan agamanya. Semakin agamanya kuat, maka semakin berat juga. Bukankah ujian paling berat sudah dirasakan Rasulullah dan para nabi sebelumnya.

Jadi, bersabar dan sholatlah. Karena surga itu mahal, gak cukup hanya dengan amalan saja.

3. Menjadi Wanita Mandiri

Ibunda kita Khodijah seorang pengusaha sukses. Jadi, kata siapa setelah berumah tangga wanita hanya harus diam saja. Boleh saja kalau ingin bekerja, asalkan balik lagi jikalau di  ridhoi oleh suami. Boleh saja asal tidak terbengkalainya kewajiban utama yaitu suami dan anak-anak. Banyak cara agar bisa menghasilkan, bisa jualan online, membuka warung dirumah dan usaha lainnya.

Karena kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Baik itu menimpa kita atau suami kita. Bisa jadi karena umur dipisahkan, adanya ujian rumah tangga seperti suami terkena phk, bercerai atau sebab lainnya yang akhirnya kita menjadi tidak berdaya.

Kamu bisa wahai wanita

4. introspeksi diri dan terus belajar

Layaknya sekolah agar dapat lulus harus belajar dengan sungguh-sungguh untuk dapat melewati ujian. Apalagi dengan pernikahan. Bahkan sekolahnya pun tidak ada, maka kita harus bersungguh-sungguh belajar.

Mulai memahami hakikat pernikahan, tujuannya hanya untuk mencari ridho dan ibadah, kedepannya kalau perlu belajar memahami ilmu tentang pernikahan, tidak hanya suami atau istri saja. Tapi satu keluarga belajar, sehingga apapun badai yang menghadang dapat terlewati.

Sejatinya rumah tangga yang baik dan indah itu bukan yang tanpa ujian dan masalah. Rumah tangga yang baik dan indah itu, adalah rumah tangga yang mampu saling bergandengan dan menguatkan ketika melewati badai sampai badai itupun hilang.

***

Semoga aku, dan kamu yang baca tulisan ini dan lagi baper atau ada yang sedang mengalami ujian, semoga Allah kuatkan kamu yah. Tenang, kamu gak sendiri, ada Allah yang senantiasa membersamai kita.

Sejatinya, gak ada satu pun manusia didunia ini yang senang saat diberi kesusahan dan kesedihan. Namun yakinlah, itu salah satu cara Allah menghapus dosa-dosa yang kita lakukan untuk kelak mendapatkan tempat terbaik yaitu Surga.








You Might Also Like

0 Comments